Akibat mengisi solar biasa pada mobil pajero

SLAMET JAYA ABADI
By -
0



Mesin diesel pada mobil-mobil baru saat ini umumnya sudah dibekali teknologi commonrail. Sistem kerjanya memakai pengontrol katup selonoid yang dikendalikan secara elektronik, memungkinkan solar terinjeksi sesuai jumlah yang dibutuhkan. Konsekuensinya mesti menggunakan jenis solar sesuai standar yang dibutuhkan mesin diesel commonrail.




Syaratnya mesti memenuhi dua unsur penting, yaitu angka cetana (cetane number) lebih tinggi serta kandungan sulfur yang lebih rendah.

Pertimbangannya, jika partikel bahan bakar kontak dengan udara, solar akan sulit terbakar di ruang bakar. Kondisi ini akan mengakibatkan penundaan atau jeda pada proses pembakaran yang cukup lama. Sehingga bisa menyebabkan gejala detonasi ( ngelitik) pada mesin diesel.

Semakin tinggi angka cetana semakin baik, karena dapat mempersingkat durasi jeda pembakaran di ruang bakar. Efeknya gejala ngelitik bisa ditekan, sehingga tenaga mesin tidak berkurang, Hal ini dapat dilihat dari spesifikasi bahan bakar yang ada.

Biosolar (Pertamina) diklaim memiliki kandungan sulfur sekitar 500 ppm dengan angka cetana antara 48 (min)-51 (max). Bandingkan dengan solar standar yang punya sulphur content di atas 500 ppm, dengan cetane number maksimum 48.

Sementara solar produksi Shell, kandungan sulfur di dalamnya sekitar 50 ppm, dengan angka cetana antara 48 (min) hingga 52 (max). Menurut Sri Wahyu Endah, Media Relations Manger PT Shell Indonesia , Shell Diesel direkomendasikan untuk semua jenis mobil berbahan bakar solar. Lantaran bisa membuat mesin tetap bersih dan bebas dari deposit.

Dampak jika mesin diesel berteknologi commonrail diisi dengan bahan bakar diesel biasa adalah:

l. Nozzle injector cepat kotor
Dengan mengisi bahan bakar diesel biasa pada mesin diesel berteknologi commonrail akan menyebabkan injektor kotor. Jika injector kotor, mobil akan mengeluarkan banyak asap dari knalpot dan tenaga akan berkurang. Untuk mengantisipasi hal tersebut adalah dengan mengkalibrasi injektor minimal satu tahun sekali. Namun, sebaiknya jangan terlalu sering mengisi bahan bakar diesel biasa agar kondisi mesin tetap prima.




2. Umur fuel pump 
Umur fuel pump juga akan lebih cepat rusak karena bahan bakar yang digunakan tidak sesuai spesifikasinya. Dalam jangka panjang akan mempercepat umur dari fuel pump mobil tersebut.

3. Filter Solar
Gejala mesin tersendat-sendat saat berjalan normal atau saat digeber di putaran tinggi mengalami 'batuk-batuk' merupakan indikasi adanya hambatan di filter solar. Cara membersihkannya gampang. Buka keran kecil pada pada bagian bawah Sedimenter (diesel mekanikal) atau rumah filter (untuk mesin-mesin diesel common rail) untuk membuang kotoran yang mengendap. Setelah filter solar diganti, jika sesudahnya ada waktu kunjungi bengkel untuk melakukan kuras tangki.

4. Tenaga Berkurang
Kita perlu memperhatikan kandungan sulfur (sulphur content) dalam solar. Sebab mesin diesel masa kini memang membutuhkan bahan bakar dengan kandungan sulfur rendah. Pasalnya, material belerang ini bisa memicu karat yang memungkinkan terjadinya penyumbatan di saluran-saluran kecil pada sistem commonrail. Hal ini dalam jangka panjang akan mengakibatkan tenaga kuda mobil berkurang karena tidak cocoknya bahan bakar. pada ujungnya akan membuat mesin lebih cepat rusak.





Jadi sebaiknya gunakanlah bahan bakar diesel yang sesuai dengan teknologi mobil anda. Karena jika tidak akan merusak mesin mobil anda dengan biaya yang cukup mahal. Jika terpaksa harus mengisi diesel biasa, isilah sedikit saja sampai Anda menemukan SPBU yang menjual bahan bakar diesel yang sesuai dengan spesifikasi diesel commonrail. 


Semoga Bermanfaat





Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)